
Workshop BBPSI dan CSAM: Penguatan Mekanisasi untuk Pengelolaan Limbah Tanaman di Indonesia
Tangerang, 22/11/2024. Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Mekanisasi Pertanian (BBPSI Mektan), bekerja sama dengan Centre for Sustainable Agricultural Mechanization (CSAM), sebuah institusi regional di bawah naungan United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP), telah sukses menggelar Inception Workshop on Strengthening Mechanization for Crop Residue Management in Indonesia. Acara ini berlangsung selama dua hari, pada 20-21 November 2024, di Jakarta dan Tangerang. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya mendukung praktik pertanian berkelanjutan dengan fokus pada inovasi mekanisasi untuk pengelolaan limbah hasil tanaman yang lebih efektif dan ramah lingkungan.
Workshop ini dibuka secara resmi oleh Sekretaris Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP), Dr. Haris Syahbudin, DEA. Dalam sambutannya, Dr. Haris menekankan bahwa pengelolaan limbah hasil tanaman merupakan salah satu tantangan utama dalam pertanian modern, terutama karena praktik pembakaran limbah hasil tanaman masih umum dilakukan di beberapa wilayah. “Melalui mekanisasi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, kita dapat mengubah tantangan ini menjadi peluang untuk menciptakan sistem pertanian yang lebih efisien, produktif, dan ramah lingkungan,” ujar Dr. Haris.
Pada hari pertama, kegiatan berlangsung di Jakarta dengan menghadirkan pemaparan dari beberapa narasumber ahli. Perwakilan dari CSAM, yaitu Ms. Yuee dan Ms. Patricia, memulai sesi dengan membahas strategi global terkait penguatan mekanisasi untuk pengelolaan sisa tanaman. Mereka menjelaskan bagaimana mekanisasi dapat membantu petani mengelola residu secara efisien tanpa merusak lingkungan, sekaligus mendukung keberlanjutan sektor pertanian.
Selanjutnya, perwakilan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) memaparkan pengalaman mereka dalam menerapkan praktik pengelolaan sisa tanaman di Yogyakarta. Mereka menyoroti pentingnya pendekatan lokal yang disesuaikan dengan kondisi geografis dan sosial-ekonomi setempat, serta penggunaan teknologi yang tepat guna. Pada sesi terakhir, BBPSI Mektan memaparkan rencana implementasi program pengelolaan residu fase kedua. Program ini bertujuan untuk memperluas penerapan teknologi mekanisasi di berbagai wilayah di Indonesia, dengan fokus pada alat-alat yang mampu mengolah limbah hasil tanaman menjadi kompos, bioenergi, atau produk bernilai tambah lainnya.
Hari kedua kegiatan dilaksanakan di Kantor BBPSI Mektan, Tangerang. Pada sesi ini, para peserta workshop, termasuk perwakilan CSAM dan UGM, berkesempatan untuk berdialog langsung dengan petani dari Kecamatan Cisauk dan Kecamatan Legok. Diskusi ini menjadi forum untuk mendengar langsung pengalaman, tantangan, dan kebutuhan para petani dalam pengelolaan residu tanaman di lahan mereka.
Selain berdiskusi, peserta juga diperkenalkan dengan berbagai inovasi alat dan mesin pertanian yang dikembangkan oleh BBPSI Mektan. Alat-alat ini dirancang untuk membantu mengurangi pembakaran limbah hasil tanaman yang dapat merusak lingkungan sekaligus memanfaatkan residu untuk tujuan produktif. Misalnya, mesin pencacah residu yang dapat mengubah limbah hasil menjadi bahan kompos atau pakan ternak. Demonstrasi alat-alat ini memberikan gambaran langsung kepada petani tentang cara kerja dan manfaatnya dalam mendukung kegiatan pertanian mereka.
Melalui workshop ini, BBPSI Mektan berharap dapat memperkuat kerja sama antara pemerintah, lembaga internasional, akademisi, dan petani dalam menghadapi tantangan pengelolaan limbah hasil tanaman. Langkah ini diharapkan tidak hanya berdampak pada pengurangan pencemaran lingkungan akibat pembakaran limbah hasil tanaman, tetapi juga mampu meningkatkan nilai ekonomi dan produktivitas sektor pertanian di Indonesia.
Dengan dukungan teknologi mekanisasi yang terus dikembangkan, pengelolaan sisa limbah hasil tanaman yang berkelanjutan diharapkan menjadi praktik umum di seluruh Indonesia, mendorong terciptanya pertanian modern yang efisien dan ramah lingkungan. Inception Workshop ini menjadi langkah awal yang penting untuk mencapai tujuan tersebut, sekaligus memperkuat komitmen Indonesia dalam mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan di tingkat regional dan global. (TS/AIA)