
Indonesia Catat Produksi Beras Tertinggi dalam 7 Tahun, Presiden Prabowo Apresiasi Peran Petani
Majalengka, 7 April 2025 — Indonesia mencatatkan tonggak penting dalam sektor pertanian dengan produksi beras tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Momentum ini dirayakan melalui Panen Raya Nasional yang dipimpin langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, di Desa Randegan Wetan, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Acara tersebut menjadi bagian dari panen serentak yang dilaksanakan di 14 provinsi dan 157 kabupaten/kota di seluruh tanah air.
Berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) dari Badan Pusat Statistik (BPS), potensi luas panen nasional pada April 2025 mencapai 1.595.583 hektare, menghasilkan sekitar 8,63 juta ton gabah kering giling (GKG), atau setara dengan 4,97 juta ton beras. Secara kumulatif, produksi Januari hingga April 2025 tercatat sebesar 13,95 juta ton GKG, menandai pencapaian tertinggi sejak 2018.
Presiden Prabowo dalam sambutannya mengungkapkan rasa bangga atas capaian ini, sekaligus menegaskan pentingnya peran petani sebagai fondasi kekuatan bangsa. "Tanpa pangan, tidak ada negara. Tanpa pangan, tidak ada NKRI. Petani adalah pahlawan bangsa," tegasnya, seraya mengapresiasi kerja keras seluruh pihak mulai dari jajaran pemerintah hingga para petani di pelosok negeri.
Presiden juga menyoroti stabilitas harga pangan nasional selama Ramadan dan Idul Fitri, yang dinilai sebagai buah dari kolaborasi efektif antara kebijakan pemerintah dan dedikasi petani. Di tengah gejolak krisis pangan global, Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga mulai mengekspor produk pangan seperti telur.
Kontribusi utama produksi beras nasional bulan ini berasal dari 14 provinsi, dengan Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah sebagai penyumbang terbesar. Di luar Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Lampung, dan NTB mencatatkan kontribusi signifikan. Total produksi dari 14 provinsi tersebut mencapai 91,42% dari produksi nasional.
Komitmen pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan tidak berhenti di sini. Presiden Prabowo menegaskan kelanjutan program strategis seperti cetak sawah baru, distribusi pupuk yang lebih efisien, modernisasi pertanian berbasis teknologi, serta penguatan koperasi desa. "Kita ingin desa memiliki gudang, cold storage, apotek murah, dan armada pengangkut hasil panen. Petani harus hidup makmur," ujarnya penuh semangat.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, yang turut mendampingi Presiden, menambahkan bahwa berbagai terobosan kebijakan, termasuk penyederhanaan distribusi pupuk dan program pompanisasi, telah mempercepat peningkatan produksi nasional. Ia mencatat adanya lonjakan produksi hingga 52% selama Januari hingga Maret 2025.
Menutup acara, Presiden kembali menegaskan tekadnya untuk membela dan memajukan kesejahteraan petani Indonesia. "Tidak ada tugas lebih mulia daripada membela rakyat, membela petani. Kita akan buktikan bersama bahwa Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri di bidang pangan," pungkasnya.
Dengan kolaborasi kuat antara pemerintah, masyarakat, dan petani, Indonesia kini melangkah mantap menuju swasembada pangan berkelanjutan, menghadapi tantangan global dengan optimisme dan kerja nyata.